Kisah perjuangan dan perjalanan panjang seorang anak bernama Guntur dalam meraih cita-citanya menjadi seorang juara bulutangkis sejati, seperti idola dia dan ayahnya: Liem Swie King...
Ayah Guntur adalah seorang komentator pertandingan bulutangkis antar kampung yang juga bekerja sebagai pengumpul bulu angsa, bahan untuk pembuatan shuttlecock. Dia sangat mencintai bulutangkis dan dia menularkan semangat dan kecintaannya itu pada Guntur, walaupun dia sendiri tidak bisa menjadi seorang juara bulutangkis
Mendengar cerita ayahnya tentang ”KING” sang idola, Guntur bertekad untuk dapat menjadi juara dunia. Dengan segala keterbatasan dan kendala yang ada dihadapannya, sebagai sahabat setianya Raden pun selalu berusaha membantu Guntur, walaupun kadang bantuan Raden tersebut justru seringkali menyusahkannya. Namun dengan semangat yang tinggi tanpa mengenal lelah, dan pengorbanan berat yang harus dilakukan, Guntur tak henti-hentinya berjuang untuk mendapatkan beasiswa bulutangkis dan meraih cita-citanya menjadi juara dunia bulutangkis kebanggaan INDONESIA dan kebanggaan keluarga seperti … LIEM SWIE KING..SANG IDOLA!
Masih ingatkah anda pada istilah King Smash, yang populer pada era 80-an? Bagi anda yang lupa atau belum lahir pada tahun 80-an, King Smash adalah julukan yang melekat pada legenda hidup dan sekaligus salah satu pahlawan bulutangkis Indonesia, Liem Swie King. Dan dalam beberapa hari lagi, tepatnya pada 25 Juni 2009, sebuah film yang terinspirasi pada kisah hidup dan semangat perjuangan seorang Liem Swie King, dapat anda saksikan di bioskop.
KING adalah judul film tontonan keluarga garapan Ari Sihasale dan istrinya, Nia Zulkarnaen. Cerita film KING sebagian besar terinsipirasi dari kisah hidup dan semangat perjuangan Liem Sie King, hingga mampu menjadi pahlawan bulutangkis kebanggaan Indonesia. KING mengetengahkan kisah perjuangan seorang anak laki-laki untuk meraih tekad dan cita-citanya, yang ditengahi oleh hubungannya yang “kaku” dengan ayahnya serta kisah persahabatan erat dengan 2 teman sebayanya.
Guntur adalah anak yang memiliki kecintaan dan bakat yang besar pada olahraga bulutangkis, sama seperti bapaknya, Tejo. Begitu juga pemain bulutangkis idola mereka sama, yaitu Liem Swie King. Bahkan boleh dibilang justru Tejo-lah yang jauh lebih bersemangat dalam mendorong Guntur untuk bisa menjadi pemain bulutangkis hebat, seperti King. Saking bersemangatnya, cara dan metode yang dipakainya seringkali berlebihan dan berakibat merenggangkan hubungan antara bapak anak ini. Dan hubungan antara Guntur dan Tejo ini yang mewarnai jalan cerita KING menjadi “aneh”, unik, lucu, heroik namun sekaligus menyentuh.
Guntur yang dibesarkan sendirian sejak kecil oleh Tejo, justru merasa tertekan dan sering salah pengertian yang berujung harus “berantem” dengan ayahnya. Namun berkat dukungan besar dari teman-temannya, Raden dan Michelle, serta sejumlah tetangga di kampungnya, Guntur mampu menggapai mimpinya, untuk menjadi pemain bulutangkis hebat.
Di Kick Andy, sutradara dan produser KING, para pemain utama serta pemain pendukung berbagi kisah dan pengalaman tentang proses pembuatan dan nilai-nilai kehidupan serta pendidikan yang dimunculkan dalam film. Bagaimana proses panjang pencarian pemeran tokoh Guntur, yang harus bisa bermain bulutangkis serta pelibatan sejumlah mantan atlet bulutangkis nasional Indonesia seperti Hastomo dan Haryanto Arbi, Ivanna Lie, Rosiana Tendean, Maria Kristine serta Liem Swie King sendiri. Namun tahukah anda, siapa yang memerankan tokoh Tejo yang keras, serius, tegas dan boleh dibilang “kejam” pada anak sendiri? Mamiek Prakoso Srimulat!
Tentu anda akan bertanya-tanya, bagaimana bisa seorang Mamiek yang identik dengan muka jahil, jago membanyol dan slapstick serta dagelan habis, mendapatkan peran seperti itu. Namun bagi Ale, sapaan akrab Ari Sihasale, dia memiliki pertimbangan tersendiri yang membuatnya bersikeras untuk tetap memasang Mamiek sebagai pemeran Tejo. Keputusan yang membuatnya harus “berantem” dengan istri dan kru film lainnya. Dan ternyata Mamiek membalas kepercayaan Ale dengan sangat baik. Saat ditanya bagaimana kualitas akting Mamiek, dengan yakin Ale menjawab ”pasti dapat Citra!”.
Selain itu Rangga Raditya yang kebagian peran utama sebagai Guntur, ternyata baru pertama kalinya main film. Namun aktingnya mampu mengimbangi sejumlah pemain film senior seperti Aryo Wahab, Surya Saputra, Wulan Guritno, Wawan Wanisar dan Yati Surachman.
Dan kehadiran Liem Swie King menggenapi jumlah narasumber Kick Andy episode ini. Di Kick Andy, Liem menjawab pertanyaan tentang sejumlah misteri yang mungkin belum terjawab hingga saat ini. Mulai dari kisah metode latihan bulutangkis ayahnya yang konon sangat keras dan “kejam”, terlebih jika dia kalah tanding, semangat dan tekadnya yang begitu kuat sehingga latihan fisik yang dijalaninya amat keras, kisah skorsing 3 bulan padanya gara-gara tidak datang ke pertandingan yang membuat tim bulutangkis SEA Games Indonesia kalah WO, kisahnya main film bersama Eva Arnaz, hingga menjawab rumor benarkah dia “dipaksa mengalah” saat All England 1976 melawan maestro bulutangkis Rudi Hartono.
Dan bagaimana juga seorang pahlawan bulutangkis ini terkesan menyembunyikan kehebatannya di depan anak-anaknya, sehingga mereka baru tahu bahwa ayahnya legenda bulutangkis Indonesia saat SMP. Selain itu, mengapa juga Liem keluar dari tren yang ada di Indonesia, di mana setelah pensiun umumnya mengabdikan diri menjadi pelatih bulutangkis, namun dia malah menjadi seorang pengusaha?
“KING…His spirit is in my soul”
Jenis Film :
Sport/family - Semua Umur (general)
Produser :
Ari Sihasale
Produksi :
Alenia Pictures
Durasi :
0
Cast & Crew
Pemain : Rangga Raditya
Lucky Martin
Surya Saputra
Mamiek Prakoso
Ariyo Wahab
Wulan Guritno
Argo “aa Jimmy”
Sutradara : Ari Sihasale
Penulis : Dirmawan Hatta
Facebook Badge
Artomo
Google Translate
Shoutmix
tv online Indonesia
Link teman
Anggota
Kamis, 25 Juni 2009
KING
Diposting oleh Artomo Kurniawan di 10.31
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar